Laman

بسم الله الرحمان الرحيم Ibnu Mas’ud tentang pengertian Al Jamaah : “Al Jamaah adalah sesuatu yang mencocoki Al Haq walaupun engkau sendiri (yang mengikutinya).” (Riwayat Al Laalikaiy dari Ibnu Mas’ud dalam Kitab As Sunnah dan Abu Syamah dalam Al Ba’its ‘Ala Inkari Bida’ Wal Hawaadits halaman 22 dan Ibnul Qayyim dalam Kitab Ighatsatul Lahfan halaman 1/70)

08 Mei 2010

Pelajaran abu hatim

Diriwayatkan dari Syaqiq Al-Bajaly Rahimahullah,
Bahwa beliau bertanya kepada muridnya Hatim,
“Engkau telah menemaniku dalam kurun waktu (yang lama).
Lalu apakah yang engkau telah pelajari dariku?”


Hatim Rahimahullah menjawab:
(Saya telah mempelajari) delapan perkara:
  • Pertama: Saya melihat kepada makhluk, ternyata setiap orang
    memiliki kecintaan. Namun jika ia telah mencapai kuburnya maka
    kecintaannya akan berpisah darinya. Maka saya pun menjadikan
    (amalan-amalan) kebaikanku sebagai kecintaanku agar ia senantiasa
    bersamaku di alam kubur.
  • Kedua: Saya melihat kepada Firman Allah Ta’ala, “(Dan orang-orang
    yang) menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. “ [An-Nazi’at: 40],
    maka saya pun bersungguh-sungguh menolak hawa nafsu dari diriku
    sehingga senantiasa tetap diatas ketaatan kepada Allah Ta’ala.
  • Ketiga: Saya melihat setiap orang yang memiliki sesuatu yang berharga baginya, pasti dia akan senantiasa menjaganya.
Kemudian saya memperhatikan Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala, “Apa yang di sisimu akan sirna, dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal.” [An-Nahl: 96], maka setiap kali saya memiliki sesuatu yang berharga, pasti saya hadapkan kepada-Nya agar ia kekal untukku disisi-Nya.
  • Keempat: Saya melihat manusia kembali kepada harta, kedudukan dan kehormatan, sedangkan aku tidak (berarti) sedikitpun.
Kemudian saya mencermati Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kalian.” [Al-Hujarat: 13] maka saya pun beramal dengan ketakwaan agar saya menjadi mulia di sisi-Nya.
  • Kelima: Saya melihat manusia saling mendengki (hasad).
Lalu saya memperhatikan Firman Allah Ta’ala:

“KAMI telah menentukan antara mereka penghidupan mereka.” [Az-Zukhruf: 32], maka saya pun meninggalkan hasad.
  • Keenam: Saya melihat manusia saling bermusuhan.
Kemudian saya mencermati Firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia sebagai musuh.” [Fathir: 6], maka saya pun meninggalkan permusuhan mereka dan saya jadikan syaitan sebagai musuh satu-satunya.
  • Ketujuh: Saya melihat mereka menghinakan diri-diri mereka dalam mencari rezki.
Lalu saya mencermati Firman Allah Ta’ala, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” [Hud: 6], maka sayapun menyibukkan diriku dengan apa-apa yang merupakan hak Allah terhadapku dan saya tinggalkan apa yang untukku di sisi-Nya.
  • Kedelapan: Saya melihat mereka bergantung (tawakkal) pada perdagangan, usaha, dan kesehatan badan, maka saya pun bertawakkal hanya kepada Allah.

[Bahjatul Majalis wa Anisul Muqim wal Musafir Juz II hal 12-13]
[dikutip ulang dari majalah An-Nasihah Vol 12 Tahun 1428H/2007M]